0
Jika Ramadhan Telah Usai

Ketika kita mencoba memutar kembali waktu menuju 29 atau 30 hari yang lalu, sebagian besar dari kita, atau kita sendiri bahkan, begitu antusias akan hadirnya bulan ramadhan. Terhaturkan begitu banyak syukur atas kesempatan kita untuk kembali menikmati bulan berkah ini. 
kemudian, ketika kita berada di akhir bulan ramadhan, ada sebuah keantusiasan yang hampir sama yang kita rasakan. Alkhamdulillah, kita telah selesai melalui bulan ramadhan. kita telah mencapai hari kemenangan. Begitulah kira-kira yang kita pikirkan.Tidak lupa, kita juga berdoa semoga kita diberi kepanjangan usia, sehingga kita diberikan jodoh untuk bertemu ramadhan tahun depan. 

Mencoba melihat dari sudut yang sedikit berbeda, ada sebuah kesedihan ketika ramadhan harus berlalu begitu cepat. terdapat penyesalan, mengapa ramdhan tidak menjadi 60 hari, 90 hari, 120 hari, atau mungkin satu tahun penuh kita bersama ramadhan. Tapi, sebagaimana pernah seseorang menyampaikan sesuatu, "sesuatu yang luar biasa, akan menjadi biasa karena terbiasa". Mungkin, jika terlalu sering kita bertemu dengan ramdhan, maka ramadhan menjadi sesuatu yang biasa, yang tidak istimewa, yang tidak senantiasa kita tunggu. 

pernah suatu hari di bulan ramadhan ini, terlibat dalam sebuah percakapan, muncul sebuah pertanyaan "mengapa harus ada bulan ramadhan?". Sebuah pertanyaan yang menggelitik, tapi jika kita memang berusaha memahami, ini menjadi sebuah pertanyaan yang akan sulit untuk dijawab. apakah kemudian kita akan menjawab "Sebagai bulan yang penuh kasih sayang dari ALLAH". jawaban ini dapat dibantah dengan mudah, "Oh, ALLAH tidak menyayangi kita sepanjang tahun, hanya di bulan ramadhan saja, begitu?". 

singkat cerita, dari percakapan tersebut, kami memperoleh kesimpulan (yang dapat dibenarkan jika memang salah), bahwa bulan ramadhan datang atau ada untuk kita menjadi "waktu" kita memberi "makan" jiwa. sebuah waktu khusus jiwa kita dimanjakan dengan "sajian" lezat, yang mungkin tidak senantiasa diperoleh di bulan-bulan yang lain. 

jika kita perhatikan, di bulan ramadhan, kita diperintahkan untuk menahan makan dan minum yang merupakan makanan jasmani kita, dan memperbanyak untuk melakukan ibadah yang notabene adalah "makanan" rohani kita. dengan begitu, rohani kita menjadi jauh lebih kuat. dengan rohani yang jauh lebih kuat, maka diperoleh ketaqwaan yang merupakan tujuan utama dalam berpuasa sebagaimana tercantum dalam Q.S. Al Baqarah : 183. 
 
apapun itu, ramadhan tahun ini telah berlalu, semoga jiwa kita telah "kenyang" dengan "sajian" lezat dan kita tergolong menjadi orang-orang yang bertaqwa. aamiin. dan semoga kita mendapat kesempatan untuk kembali bertemu dengan ramadhan yang akan datang. aamiin. 

Taqaballahu Minna Waminkum

Post a Comment

 
Top